Senin, 18 Mei 2020

WhatHappen's

Corona Menjadi Momok Umat Muslim?


Source: www.vice.com

Sudah hampir 2 bulan Indonesia berstatus Pandemi, pasien yang sembuh dari virus Covid-19 semakin hari semakin bertambah. Meskipun begitu Indonesia tidak bisa dikatakan sepenuhnya bebas dari virus yang sudah memakan korban jiwa tersebut, tak heran jika di bulan suci ramadhan tahun ini memiliki perbedaan dibanding tahun kemarin begitu juga dengan suasana Idul Fitri.

Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) mengurangi beberapa aktivitas di luar rumah, seperti ngabuburit, sahur/buka bersama, berburu takjil, dan lain sebagainya. Mengingat aturan Pshysical Distancing juga berdampak pada Ibadah yang selalu dilakukan oleh masyarakat muslim yaitu Shalat Tarawih, di mana Pemerintah memberi kebijakan dengan mengurangi shalat jamaah di Masjid diganti dengan shalat di rumah masing-masing agar dapat mengurangi penyebaran Covid-19. Kebijakan ini tentu menjadi pro kontra di kalangan masyarakat, karena membatasi mereka untuk melakukan ibadah di bulan suci ramadhan.

Larangan atau membatasi shalat di Masjid  jika dilihat dari pandangan umat Muslim bisa dikatakan tidak wajar, karena Masjid merupakan tempat ibadah seluruh umat Muslim. Namun, melihat kondisi alam kita yang tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas di luar tumah maka tidak masalah jika kita melaksanakan ibadah di rumah karena itu tergantung pada niat kita yang menunaikannya.

Keadaan ini juga berdampak pada Ibadah Shalat Idul Fitri,  maka dari itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengimbau kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang daerahnya berstatus Zona Merah untuk tidak melakukan mudik dan pelaksanaan shalat Idul Fitri di rumah.

Bagaimana daerah yang memiliki status aman dari Covid-19?
Di beberapa pemerintahan daerah masih memperbolehkan masyarakat untuk melakukan Shalat Idul Fitri di Masjid atau di Lapangan. Namun, harus tetap menjaga diri agar tidak terjadi penyebaran virus corona.

Budaya Idul Fitri identik dengan bertemu dengan keluarga, kerabat, dan teman terdekat. Semenjak pandemi berlaku telah membuat kita tidak bisa mudik, tentu hal ini menjadi pukulan sangat berat bagi masyarakat di rantau karena tidak dapat bertemu secara langsung bersama keluarga.

Seorang Mahasiswi bernama Ulfa menjelaskan jika virus yang saat ini tersebar benar-benar telah memutuskan tali silahturahmi masyarakat, "bagaimana tidak, lihat saja sekarang masyarakat yang di perantauan tidak dapat bertemu dengan keluarganya karena aturan dari pemerintah yang melarang untuk mudik. Selain itu di sesama satu daerah juga susah untuk bertamu karena adanya rasa canggung dan tidak enak hati takut dianggap sebagai penyebar virus".

Sebenarnya kejadian ini apakah benar-benar menjadi dalang merusak tradisi ramadhan dan idul fitri?
Tentu saja tidak, meskipun virus ini telah membatasi kita untuk melakukan interaksi dengan masyarakat kita tetap bisa melakukan silahturahmi dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman melalui telepon dan sms ditambah lagi sekarang sudah zaman internet jadi kita semakin mudah berinteraksi dengan orang-orang yang ingin kita jumpai. Jadi kita janganlah langsung mengambil keputusan dari sisi negatif aja tapi lihat juga sisi positif atas kejadian fenomena ini.

Sisi positif dari fenomena ini adalah menyadarkan masyarakat bahwa untuk merayakan bulan suci ini tidak selalu boros, seperti yang kita ketahui makanan, minuman, baju lebaran, dan sebagai nya merupakan khas dari lebaran. Namun, tahun ini tentu berbeda karena disini kita akan belajar bagaimana kita bisa merayakan bulan suci yang penuh berkah ini dengan sederhana tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Ditambah lagi kita juga bisa melakukan amal kebaikan yang lebih banyak lagi dengan membantu masyarakat serta tim medis yang telah berusaha untuk menghentikan penyebaran virus corona.

Virus corona ini merupakan di luar kendali kita jadi tidak ada pihak yang salah, kita sebagai masyarakat harus selalu mematuhi kebijakan yang telah di berlakukan oleh pemerintah. Semoga virus corona cepat hilang di muka bumi ini dan kita semua dapat beraktivitas kembali seperti sedia kala...




Nama: Putri Geo Anggriani
NIM: 1174050121
Mata Kuliah: Jurnaslisme Online

Pernikahan Tradisi Suku Minang Melayu Air Balam

Ikon ranah minang, by Samsul Muarif Pernikahan Adat  Minang Melayu di Air Balam, Sumatera Barat Mendengar kota Padang pasti terlint...