Kamis, 23 April 2020

New News



PSBB Mulai Diberlakukan, Wajarkah Menakuti Masyarakat?




Virus Covid-19, kalimat tersebut kini sudah tidak asing lagi bagi ditelinga masyarakat. Bagaimana tidak virus yang berasal dari Wuhan, China ini telah banyak memakan korban dari hari ke hari. Tidak heran di berbagai negara menerapkan Lock Down untuk mencegah penyebaran virus agar tidak semakin luas, dan kini Negara Tanah Air Pusaka Indonesia juga menerapkan hal tersebut.


Beberapa kota atau daerah di Indonesia sudah menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), dan baru-baru ini pula di Sumatera Barat mulai menerapkan PSBB tersebut tepatnya pada hari Rabu, 22 April 2020. Hal ini menjadi tugas oleh pemerintah di kota maupun daerah untuk memberi arahan dan bimbingan kepada masyarakat selama PSBB ini berlaku.

Suasana pasar terlihat ramai meskipun masih masa Pandemi Covid-19, Ujung Gading, Padang Sumatera Barat, Selasa (21/4/2020). Dok. Pribadi

Sehari sebelum pemberlakuan PSBB, cuaca yang bersahabat saya pergi ke pasar Ujung Gading untuk membeli berbagai kebutuhan di rumah, kebetulan hari itu merupakan hari pasar di tiap minggunya. Saat saya masih memilah barang-barang yang akan saya beli, saya mendengar suara yang cukup keras sedang menyiarkan pengumuman di sekitar pasar. Awalnya saya hanya menganggap pengumuman itu hanya sebatas informasi umum tentang Virus Covid-19 dan pengaktifan SPBB, namun di saat saya memperhatikan lebih jeli lagi pengumuman itu seperti ada yang janggal dan benar saja ternyata orang yang menjadi pusat perhatian tersebut memberikan serangkaian informasi yang menurut saya tidak sesuai dengan kenyataan.

Bisa dikatakan bahwa di kampung saya tepatnya di Kabupaten Pasaman Barat, Padang, Sumatera Barat masih banyak yang menyepelekan bahaya dari Covid-19 ini. Sehingga banyak masyarakat yang masih beraktivitas di luar rumah, mereka beranggapan bahwa virus ini tidak memiliki dampak di sekitaran mereka karena bisa dikatakan daerah saya merupakan perkampungan kecil, jadi tidak heran masyarkat disini masih banyak yang beraktivitas di luar rumah.

Kembali ke permasalahan pengumuman tadi, jujur saya tidak terima saat mendengar pengumuman yang disiarkan oleh pihak Puskesmas serta di jaga ketat oleh Kepolisian setempat, tidak salah memberi himbauan ke masyarakat tapi masalahnya apakah tidak ada cara lain selain menakuti-nakuti dengan informasi yang tidak diketahui kebenarannya? Lebih jelasnya beberapa isi dari pengumuman itu tentang Kabupaten Pasaman Barat sudah termasuk Zona Merah serta sudah banyak yang terinfeksi positif Covid-19. Namun kenyataan berbeda dengan yang dikatakan, sampai saat ini Pemerintahan belum ada mengatakan secara resmi jika Pasaman Barat masuk ke zona merah. Selain itu hingga saat ini Pasaman Barat baru 1 yang meninggal akibat Virus Covid-19, namun dari berita yang beredar orang tersebut terinfeksi virus bukan dari Pasaman Barat.

Saat mendengar pengumuman saya mencoba mencari pendapat sekitar tentang informasi tersebut, Lisa seorang mahasiswi Universitas Negeri Padang menyatakan pendapatnya. “ Saya kurang setuju dengan pengumuman tadi, karena dalam pengumuman tersebut menyertakan jumlah korban yang  meninggal dunia akibat Virus Covid-19 ini. Ya walaupun saya sebenarnya tahu di sini korban corona tidak sebanyak yang disebutkan orang tadi. Sebenarnya tidak salah mengingatkan akan kematian mengenai virus ini, tapi penyampaian pesannya jangan terlalu menakuti-nakuti. Karena bisa mengakibatkan panik berlebihan di masyarakat itu sendiri,” Pernyataan Lisa.

Sukri seorang supir angkot juga mengatakan perihal pengumuman tersebut, “Tidak habis pikir, kenapa ya pengumuman itu terlalu berlebihan menyampaikan informasi. Padahalkan bisa saja menggunakan cara lain agar kita-kita dapat mematuhi aturan Pemerintahan. Karena masyarakat mudah menerima berita-berita yang lebih sensitif terhadap kematian, jangan terlalu menekankan tentang itu saja."

Masih di sekitar pasar saya melihat para orang tua yang mendengar informasi dari pengumuman tersebut menjadi takut, orang-orang juga terburu-buru membeli bahan-bahan di pasar dengan jumlah besar. Mereka mengira jika Pasaman Barat sudah di katakan bahaya, berarti segala pemasukan pangan juga akan dihentikan dan akan berkurang hal ini lah yang mengakibatkan mereka menjadi panic buying. Begitulah yang dirasakan oleh Ibu Siti yang saat itu saya mengajak berbincang santai sembari duduk di tepi jalan dekat jualan minuman segar, “Ibu sengaja belanja banyak setelah mendengar penguman yang di jalan raya itu, Ibu jadi merasa waspada karena melihat di Ibu Kota Jakarta juga susah mencari bahan pangan untuk dibeli. Untuk menghindari kekurangan Ibu membeli semuanya,” ucap Ibu Siti dengan suara yang khawatir.

Sebenarnya pengumuman tersebut tidak sepenuhnya salah, karena tujuannya untuk menghimbau masyarakat agar lebih waspada dan mengikuti secara bijak peraturan dari pemerintah agar Virus Covid-19 tidak menyebar luas. Hanya saja pembicara yang menginformasikan dengan pengeras suara itu harus benar-benar menggunakan informasi yang fakta, jangan memberikan informasi hanya untuk memberi rasa takut ke masyarakatnya.

Ayo sebagai Warga Indonesia kita harus lebih bijak dan taat mematuhi peraturan dari Pemerintah, yakinlah semua keputusan sudah menjadi pertimbangan yang sangat baik untuk kita. Jadi jangan ngeyel, stop dulu kegiatan di luar rumah. Ingat dengan di rumah saja kita bisa mengurangi penyebaran Covid-19 dan kita juga bisa mengurangi beban dari perawat, bidan, dokter, dan pihak kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pernikahan Tradisi Suku Minang Melayu Air Balam

Ikon ranah minang, by Samsul Muarif Pernikahan Adat  Minang Melayu di Air Balam, Sumatera Barat Mendengar kota Padang pasti terlint...